Menjadi Muslim realistis

Jamaluddin, Dindin (2022) Menjadi Muslim realistis. PT. Rajagrafindo Persada, Bandung. ISBN 978-623-372-330-5

[img]
Preview
Text (Menjadi Muslim Realistis)
Menjadi Muslim Realistis.pdf

Download (2MB) | Preview
[img]
Preview
Text
Menjadi Muslim Realistis-Edit_2.pdf

Download (942kB) | Preview
Official URL: http://www.rajagrafindo.co.id

Abstract

Dalam rumusan abad pencerahan yang momentumnya diletakkan oleh sejumlah pemikir modern, petualangan manusia di dunia bukanlah sekadar “viator mundi”, manusia yang menziarahi atau sekadar numpang lewat. Manusia sejatinya adalah “faber mundi”, sosok yang mencari dan mencipta hal-hal baru. Sosok yang harus bersedia merumuskan tugas dan fungsi kesejarahannya.Mengkhidmati penegasan bahwa manusia sebagai “faber mundi”, penulis memberanikan diri menghadirkan buku ini. Catatan-catatan yang ada di dalamnya lahir dari pertemuan penulis dengan berbagai fakta yang kemudian membawa perspektif baru pada berbagai hal. Pada hidup yang harus terus ditumbuhkan dan dikembangkan. Pada keyakinan yang harus dikukuhi dan dipertahankan. Pada ilmu dan pengetahuan yang harus terus dipupuk dan dikembangkan. Apa yang tertulis pada buku-buku semacam metamorfosis penulis menjadi “manusia baru” yang merevisi anggapan lama yang mungkin juga keliru. Perjumpaan dengan banyak orang di berbagai tempat dan melakukan refleksi atas berbagai hal. Bahkan tak jarang berpapasan dengan hal-hal yang di luar nalar, bahkan di luar dugaan telah melahirkan perenungan untuk menghadirkan argumentasi-argumentasi yang lebih realistis. Akhirnya, term menjadi Muslim—yang—Realistis menjadi pilihan untuk buku ini. Buku ini mungkin tidak ada dalam bagian silabus perkuliahan, seolah menyimpang dari diktat yang menghadirkan argumen yang ketat. Atau mungkin juga bukan bagian dari perbincangan di pasar-pasar, yang berarti bukan pula sebagai obrolan “warung kopi”. Tapi penulis yakin, setiap diri kita harus Memosisikan diri sebagai diri yang realistis. Oleh karena sejatinya, kita tidak harus berada di level teratas atau terbawah, dan juga di kanan atau di kiri. Diksi realistis dipilih karena penulis ingin menghadirkan frasa yang familiar di telinga. Realistis dimaknai sebagai menjadi apa adanya secara terukur, apakah ini sikap fatalis? Tentu bukan. Realistis bukan berarti pasrah atas apa yang dialami atau dimiliki. Akan tetapi, daya upaya yang dilakukan harus dapat diukur,sehingga ketercapaian dan ketidaktercapain atas apa yang diharapkan dapat diprediksi. Sebagai contoh, tidak boleh usaha kita hilang untuk mendorong kedamaian di muka bumi. Akan tetapi, usaha itu harus diikuti dengan keyakinan bahwa selalu saja ada orang atau kelompok orang yang ingin menguasai entitas orang lain, dengan beragam cara dan banyak ragam. Demikian halnya saat kita selalu menggaungkan keadilan. Maka, pada saat yang sama akan muncul ketidakadilan baru—dan kemungkinan juga hadir dari lingkungan terkecil kita. Untuk itu, dibutuhkan kesadaran realistis bahwa cita-cita tinggi tetap harus dikibarkan, dengan selalu membuat target-target alternatif sebagai sekoci. Di tengah keberbedaan dan ketidaksamaan atas seluruh fakta itu, penting untuk memberikan apresiasi kepada entitas yang dapat mempertahankan eksistensinya dalam bidang apa pun di tengah dinamika hidup dan kehidupan. Bukan hal yang mudah bagi sebuah kelompok dalam masyarakat untuk bertahan lebih dari satu abad, atau menjadi juara dalam sebuah kompetisi level internasional secara berurutan. Misalnya, Michael Phelps perenang asal Amerika Serikat, yang mengoleksi 28 medali (23 emas) olimpiade sejak 2004 s.d. 2016, pencapaian itu adalah buah dari konsistensi istikamah dalam bidang olahraga renang. Tapi Phelps realistis, setelah Olimpiade 2016, ia tidak ikut lagi dalam pencapaian medali. Dan itu berlaku bagi semua entitas dalam kehidupan.Menjadi muslim yang realistis, adalah pilihan. Muslim yang ideal rasanya akan tidak pernah bisa diwujudkan. Maka, di beberapa literatur kita menemukan frasa Islam rasional-nya Harun Nasution, Islam Aktual-nya Kang Jalal, Islam inklusif-nya Alwi Shihab, atau Islam Santai karya Acep Zamzam Noor. Menurut pandangan penulis, interpretasi atas Islam yang dimaknai oleh masing-masing diri, menghasilkan term-nya. Melampaui apa yang sudah dikatakan di atas, buku ini merupakan jejak dan saksi atas hidup yang Penulis libati.Keseluruhan catatan yang ada dalam buku ini adalah ikhtiar untuk menggenapkan pernyataan Pramudya Ananta Toer bahwa menulis adalah “perjalanan menuju keabadian”. Apa yang dihadirkan di buku ini mudah-mudahan bisa memberikan pelajaran bagi siapa pun, untuk siapa pun, dalam waktu dan ruang yang mana pun. Inilah makna menuju keabadian itu. Wallahu a’lam

Item Type: Book
Subjects: Education, Research
Divisions: Fakultas Tarbiyah dan Keguruan > Program Studi Pendidikan Agama Islam
Depositing User: Dindin Jamaluddin
Date Deposited: 18 Sep 2022 06:41
Last Modified: 09 Jun 2023 03:07
URI: https://etheses.uinsgd.ac.id/id/eprint/57194

Actions (login required)

View Item View Item