Komunikasi dakwah mubaligh pada jamaah Masjid Lautze 2 Bandung dalam meningkatkan moderasi beragama

Mar'atusolihatin, Atin (2022) Komunikasi dakwah mubaligh pada jamaah Masjid Lautze 2 Bandung dalam meningkatkan moderasi beragama. Masters thesis, UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

[img]
Preview
Text (COVER)
1_cover.pdf

Download (98kB) | Preview
[img]
Preview
Text (ABSTRAK)
2_abstrak.pdf

Download (323kB) | Preview
[img]
Preview
Text (DAFTAR ISI)
3_daftarisi.pdf

Download (348kB) | Preview
[img]
Preview
Text (BAB I)
4_bab1.pdf

Download (484kB) | Preview
[img] Text (BAB II)
5_bab2.pdf
Restricted to Registered users only

Download (1MB) | Request a copy
[img] Text (BAB III)
6_bab3.pdf
Restricted to Registered users only

Download (387kB) | Request a copy
[img] Text (BAB IV)
7_bab4.pdf
Restricted to Registered users only

Download (692kB) | Request a copy
[img] Text (BAB V)
8_bab5.pdf
Restricted to Registered users only

Download (308kB) | Request a copy
[img] Text (DAFTAR PUSTAKA)
9_daftarpustaka.pdf
Restricted to Registered users only

Download (407kB) | Request a copy

Abstract

Praktek moderasi beragama dapat terjadi di mana saja salah satunya adalah masjid sebagai tempat umat islam berkumpul melaksanakan ibadah atau kegiatan keagamaan lainnya, serta sebagai tempat sumber pengetahuan agama islam yang moderat dan menekan penyebaran paham radikalisme di masjid melalui mubaligh. Masjid Lautze 2 Bandung dengan peran mubaligh di dalamnya telah sejak lama menghadapi perbedaan latar belakang sosial, budaya, ekonomi, dan lain sebagainya yang ada pada jamaah masjid atau masyarakat sekitar, Pengurus Masjid Lautze 2 Bandung memiliki prinsip bahwa masjid tidak hanya sebagai tempat untuk melaksanakan kegiatan keagamaan saja tapi juga kegiatan sosial ke-masyarakatan karena Masjid Lautze 2 Bandung berusaha menjadi Masjid yang Rahmatan Lil Alamin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami komunikasi dakwah mubaligh untuk meningkatkan moderasi beragama di masjid lautze 2 bandung dengan menggunakan teori Proses dan Tahapan Dakwah. Teori ini merujuk pada proses dakwah Rasulullah dan para sahabatnya yang dapat dinyatakan ada beberapa model dakwah sebagai proses perwujudan realitas islam (ummatan khairan). Metodologi penelitian yang digunakan yaitu Studi Kasus dengan pendekatan kualitatif, kemudian paradigma penelitian yang digunakan Paradigma Konstruktivisme. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini secara observasi, wawancara yang mendalam, dan dokumentasi. Dari pengumpulan data ini didapat data yang relevan dengan jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam yang mana Komunikasi Dakwah Mubaligh terhadap Masjid Lautze 2 Bandung dalam Meningkatkan Moderasi Beragama dapat dikatakan sebagai pengembangan untuk Dakwah. Hasil analisis terhadap data yang dihasilkan dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat komunikasi dakwah mubaligh pada jamaah masjid lautze 2 bandung dalam meningkatkan moderasi beragama yaitu melalui proses dan tahapan dakwah, diantaranya yaitu pertama tahap pembentukan (Takwin) melalui kegiatan dakwah bil lisan atau tabligh seperti ceramah, khutbah jumat, dan pembinaan atau kajian keislaman lainnya pada waktu tertentu dengan tidak lupa menyelipkan materi tentang pentingnya moderasi beragama. Tahap selanjutnya yaitu tahap penataan (tandzim) melalui pembinaan kepada jamaah dengan kajian tadabur al-qur'an. Tahap terakhir yaitu pendelegasian yaitu melalui peran mubaligh yang melepas namun tetap membimbing jamaah untuk merealisasikan nilai-nilai islam dalam kegiatan sosial seperti jumat berkah dan bakti sosial. Mubaligh dan para jamaah serta masyarakat sekitar masjid memiliki kesepakatan untuk menggunakan panggilan "koko" dan "cici" tanpa membedakan asal-usul mereka yang berasal dari keturunan tionghoa atau bukan sebagai upaya agar tidak adanya dikotomi diantara mereka dan hal tersebut juga sebagai upaya meningkatkan dan menyebarluaskan nilai-nilai moderasi beragama. Dari hasil penelitian ini terlihat bahwa komunikasi dakwah mubaligh yang tepat akan menjadi efektif dan mudah difahami untuk memberitahu pembaca dan masyarakat pada umumnya agar dapat menerapkan dakwah kepada kalangan generasi muda khususnya dan masyarakat luas pada umumnya dalam membudayakan sikap saling mengharagai, menghormati terhadap perbedaan dan toleransi dalam kehidupan beragama. The practice of religious moderation can occur anywhere, one of which is a mosque as a place where Muslims gather to perform worship or other religious activities, as well as a place to source moderate Islamic religious knowledge and suppress the spread of radicalism in mosques through Mubaligh. Lautze Mosque 2 Bandung with a Mubaligh role in it has long faced differences in social background, culture, economy, and so forth that exist in mosque worshipers or surrounding communities, The Manager of Lautze 2 Mosque Bandung has the principle that the mosque is not only a place to carry out religious activities but also community social activities because Lautze Mosque 2 Bandung strives to become a Mosque that Rahmatan Lil Alamin. This research aims to find out and understand the dakwah communication of Mubaligh to improve religious moderation in Lautze 2 Mosque Bandung by using the theory of The Process and Stages of Dakwah. This theory refers to the process of dakwah from the Prophet and his companions who can be stated there are several models of dakwah as the process from embodiment of Islamic reality (ummatan khairan). The research methodology used is Case Studies with qualitative approaches, then research paradigms used constructivism paradigms. The data collection techniques in this study are observational, in-depth interviews, and documentation. From the collection of this data obtained data relevant to the department of Islamic Communication and Broadcasting where The Dakwah communication of Mubaligh to Lautze 2 Mosque Bandung in Improving Religious Moderation can be said as a development for Dakwah. The results of the analysis of the data resulting from this study can be concluded that there is dakwah communication of Mubaligh in the congregation of lautze 2 bandung mosque in improving religious moderation, namely through the process and stages of dakwah, including the first stage of formation (Takwin) through oral or tabligh proselytizing activities such as lectures, Friday sermons, and construction or other Islamic studies at certain times by not forgetting to slip material about the importance of Religious Moderation. The next stage is the stage of arrangement (tandzim) through the construction to pilgrims with the study of the Qur'an. The last stage is delegation through the role of Mubaligh who release but still guide pilgrims to realize Islamic values in social activities such as Friday blessings and social services. Mubaligh and worshippers and the community around the mosque have an agreement to use the call "koko" and "cici" regardless of the origin of those of Chinese descent or not as an attempt to avoid a dichotomy between them and it is also an effort to increase and disseminate the values of religious moderation. From the results of this study it is seen that the proper Dakwah communication of mubaligh will be effective and easy to understand to tell readers and the public in general to be able to apply dakwah to the younger generation in particular and the wider community in cultivating mutual attitudes, respect for differences and tolerance in religious life.

Item Type: Thesis (Masters)
Uncontrolled Keywords: Komunikasi Dakwah;Moderasi Beragama;Mubaligh
Subjects: Religious Experiences
Communities > Socialist Communities
Divisions: Pascasarjana Program Magister > Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam
Depositing User: Atin Mar'atusolihatin
Date Deposited: 05 Aug 2022 01:49
Last Modified: 05 Aug 2022 01:49
URI: https://etheses.uinsgd.ac.id/id/eprint/54591

Actions (login required)

View Item View Item