Konsep terapi bagi krisis kemanusiaan menurut Muhammad Iqbal: Studi atas pendekatan Eksistensial-Humanistik

Effendi, Dudy Imanuddin (1999) Konsep terapi bagi krisis kemanusiaan menurut Muhammad Iqbal: Studi atas pendekatan Eksistensial-Humanistik. Documentation. Pusat Perpustakaan UIN Sunan Gunung Djati Bandung, UIN Sunan Gunung Djati Bandung. (Unpublished)

[img]
Preview
Text
Konsep Terapi (Skripsi).pdf

Download (1MB) | Preview
Official URL: http://digilib.uinsgd.ac.id/id/eprint/44023

Abstract

Gagasan Muhammad Iqbal mengenai konsep pribadi merupakan kreatifitas filosofis seorang intelektual muslim yang sangat mengagungkan eksistensi manusia. Selain mengandung muatan sastra, sebagaimana narasi kaum eksistensialis mempergunakan karya sastra sebagai alat mengungkapkan ide idenya, juga mengetengahkan kelana spritual, filosofis dan terapi bagi manusia ditengah gegap gempitanya pertarungan berbagai konsep dan kekuatan moral. Maka amatlah wajar, keperkasaan dan keagungan manusia sempurna (Insan Kamil) senantiasa dikumandangkan oleh Iqbal dalam karya-karyanya, dengan tujuan memberi landasan kepada manusia agar tidak tersesat dalam percaturan menjalankan siklus kehidupannya. Dan untuk itu manusia menurut Iqbal hendaknya perlu mematangkan konsep intelek-nya hingga mengetahui dan sadar akan wujud kesemestaan dirinya. Dalam konteks sekarang (baca: Modern), dunia manusia tengah terjadi perbenturan pelbagai nilai hasil permenungan filosofis serta kajian sains dan teknologi yang efeknya telah mengimbas kepelbagai segi kehidupan. Modernitas yang pernah menjadi trend wacana pembaharuan kehidupan manusia, ternyata telah menampilkan dua wajah yang antagonistik. Sisi lain modernitas telah menunjukkan kemajuan yang spektakuler di bidang Iptek dan kemakmuran fisik. Tetapi pada saat yang sama juga ia telah menampilkan masalah kemanusiaan yang buram berupa gejala kesengsaraan rohaniyah, sehingga banyak melahirkan berbagai bentuk deviasi dalam prilaku manusia, baik itu bentuknya berupa gejala sosiopatik, anomie, alienasi dan sejenisnya. Dalam situasi seperti ini, manusia modern betul-betul telah lupa siapa diri sesungguhnya, sehingga hampir-hampir masalah ini menjadi gejala umum dalam dunia modern. Manusia betul-betul telah kehilangan pijakannya yang sejati, yang mengakibatkan dirinya terlempar dari lingkaran eksistensinya. Pandangan Iqbal mengenai kondisi diatas lahir karena manusia terlalu memegang konsep hidup determinant (fatalism), sehingga dirinya tidak siap untuk menerima perubahan-perubahan yang begitu cepat, keras, tidak bersahabat dan materialistik. Begitupun dikarenakan manusia tidak bisa menafsirkan konsep kebebasan dirinya, sehingga akhirnya ia mengalami frustasi eksistensial atau mengalami kehampaan eksistensial. Yang wujudnya berupa depresi, delusi, alienasi, isolasi, depersonalisasi, keterasingan dan kesepian Lahimnya karya-karya Iqbal mengenai konsep pribadi adalah merupakan jawaban dari pihak yang mulai mempertanyakan kembali validitas konsep manusia yang selama ini dipahami, Humanisme dan Eksistensialisme. Gagasan ini juga lahir dari kerinduan yang dalam untuk mencari jawaban atas derita kemanusiaan modern yang mulai dijangkiti penyakit krisis kemanusiaan. Dalam persoalan ini Iqbal mengambarkan, "bahwa kondisi saat ini telah banyak orang yang teralienasi ala Neitzche, tergeneralisasi ala Fyioder Dostoyevski, tetapi orang yang senantiasa membawa lentera ditangannya sangat susah dican dizaman sekarang modern ini. Penyakit ini bukan saja telah melupakan manusia pada jati dinnya tetapi juga membuat manusta mesti mempertanyakan kembali wund kesemestaan dinnva ditengah peraturan hidup dan kehidupannya". Bagi Muhammad Iqbal dalam menghadapi masalah diatas adalah manusia mesti berbicara mengenai kemungkinan tak terbatas untuk berkembang secara horizon spritual. Diskursus ini dimungkinkan dapat mengembalikan manusia pada arti kemanusiaannya sebagai pusat eksistensi dan dari lingkungan kosmisnya sebagai makhluk Tuhan. Manusia harus menjadi manusia, bukan menjadi apapun. Maka manusia harus merenungkan kembali makna kehadiran dan kehidupannya sendiri, ia harus mempertanyakan lagi: Apa, siapa dan bagaimana manusia dalam pertemuannya dengan berbagai konstelasi kultural dan konsep. Sebab menurutnya manusia bukan seonggok materi, mesin ataupun hanya memiliki pengetahuan kuantitatif belaka, tetapi manusia juga diberi kebebasan untuk mengembangkan pengalaman manusiawinya yang berlimpah, yakni kemampuan untuk merintis jalan sebagai salah satu alat yang luar biasa yang disusun untuk mendeskripsikan subjektifitasnya. Dengan demikian manusia diberi kesempatan untuk mengembangkan dirinya, memilih takdirnya atau menyelamatkan dirinya dari akibat keterpurukan dalam kehidupannya. Dan tema-tema kebebasan beraktifitas, berkreatif serta mengembangkan diri inilah yang menjadi inspirasi bagi karya-karya Muhammad Iqbal dalam memberikan solusi terapi bagi keluarnya manusia dari kancah krisis kemanusiannya. Dengan kebebasan ini juga manusia dapat secara mudah melewati halangan-halangan ruang dan waktu yang destruktif menuju manusia agung (Insan) kamil). Oleh karena itu bagi Muhammad Iqbal, kebebasan harus dipandang dalam arti aktivitas kreatif yang bebas dan modus eksistensi manusia untuk menjadikan dirinya dapat bermakna dalam menjalankan kehidupannya. Akan tetapi perlu disadari oleh manusia bahwa aktifitas kreatif bebas tersebut merupakan implementasi dari gagasan Ilahiyah. Melalui sudut pandang inilah Muhammad Iqbal membentuk opini terapi bagi krisis kemanusiaan dalam karya-karyanya, yang ditegaskannya sebagai sebuah pencarian makna didalam absurditas, yakni suatu upaya untuk mencari pijakan yang aman bagi manusia dalam menghadapi situasi dan nilai kehidupan yang berubah. Persfektif tersebut merupakan kontemplasi eksistensialis-humanistik Muhammad Iqbal, yakni memberikan pijakan kepada pengalaman manusia yang terkena dilema krisis kemanusiaan dan untuk mengobatinya harus didasarkan pada paradigma dunia pribadinya. Aspek terapeutiknya lebih digerakkan kearah pemahaman diri yang intensif tentang dinamika-dinamika yang bertanggung jawab atas terjadinya krisis krisis kehidupan manusia. Dan dengan memberi penekanan pada kesadaran diri, kebebasan dan tanggung jawab serta penciptaan makna bagi diri manusia dalam kapasitasnya sebagai makhluk yang memiliki potensi kreatif yang bebas.

Item Type: Monograph (Documentation)
Uncontrolled Keywords: Iqbal; Terapi; Krisis Kemanusiaan; Eksistensial-humanistik
Subjects: Sociology and Anthropology, Society
Social Welfare, Problems and Services
Educational Institutions, Schools and Their Activities > Student Guidance and Counseling
Pharmacology and Therapeutics > Physical Therapies and Kinds of Therapics
Divisions: Fakultas Dakwah dan Komunikasi > Program Studi Bimbingan Konseling Islam
Depositing User: Dudy Imanuddin Effendi
Date Deposited: 24 Sep 2021 09:09
Last Modified: 09 Jan 2024 04:06
URI: https://digilib.uinsgd.ac.id/id/eprint/44023

Actions (login required)

View Item View Item