Interpretasi Yusuf Qardhawi Tentang Kemiskinan di kalangan Masyarakat Islam dan Upaya Penanggulangannya

Effendi, Dudy Imanuddin (2004) Interpretasi Yusuf Qardhawi Tentang Kemiskinan di kalangan Masyarakat Islam dan Upaya Penanggulangannya. Documentation. Pusat Perpustakaan UIN Sunan Gunung Djati Bandung, UIN Sunan Gunung Djati Bandung. (Unpublished)

[img]
Preview
Text
Tesis Interpretasi Yusuf Qardhawi.pdf

Download (1MB) | Preview
Official URL: http://digilib.uinsgd.ac.id/id/eprint/44022

Abstract

Dalam khazanah pemikiran Islam, Yusuf Qardhawi merupakan sosok cendikiawan Islam yang produktif dalam membangun karya-karyanya. la telah mengklaim dirinya sebagai pemikir moderat dalam menginterpretasikan ajaran ajaran Islam. Salah satunya adalah dalam menginterpretasikan tentang kemiskinan yang terjadi di kalangan masyarakat Islam dan kiat-kiat menanggulanginya Dalam hal ini, Yusuf Qardhawi mengkritik tajam faham kapitalisme dan sosialis-materialistik yang berkembang di dunia Islam. Menurutnya, dua faham itu betul-betul telah gagal dalam membawa kalangan masyarakt Islam pada pembangunan yang adil dan sejahtera. Bahkan faham-faham tersebut secara sosial telah melahirkan tirani kemewahan, tirani materialistik, kerakusan terhadap dunia, kesombongan dan berbangga diri, yang menghancurkan tatanan kemanusiaan masyarakat Islam Tirani tirani ini, semakin lama semakin menjadi gurita jahat yang kaki-kakinya senantiasa menghisap kesejahteraan masyarakat Islam secara luas dan ujungnya mengarahkan pada jurang kemiskinan yang akut. Yusuf Qardhawi menegaskan jika kaum muslimin menghendaki keluar dan masalah kemiskinan yang dideritanya saat ini maka harus kembali pada sistem Islam. Diyakini oleh Yusuf Qardhawi bahwa sistem Islam sangat tegas menolak konsep kapitalisme yang telah menganggap hak kepemilikan kekayaan dapat tertumpu pada seseorang yang kaya, tanpa ada hak orang lain sedikitpun. Begitupun, Islam menolak konsep sosialis-materialistik yang telah beranggapan bahwa sistem kepemilikan individu tidak ada atau sangat dibatasi. Dalam penafsiran Yusuf Qardhawi , sistem Islam telah memandang bahwa harta kekayaan harus menjadi sarana untuk meningkatkan martabat kemanusiaan di hadapan Tuhan dan pemiliknya Sistem Islam sangat melarang untuk melakukan penindasan terhadap sesamanya. Oleh karena itu, sistem Islam menganjurkan kewajiban bagi manusia yang memiliki kekayaan terikat dengan intruksi pemiliknya (Allah), melaksanakan keputusan-Nya dan tunduk terhadap arahan-arahan-Nya dalam memelihara dan mengembangkannya, dalam menginfakkan dan mendistribusikannya. Sistem Islam dalam interpretasi Qardhawi dapat berfungsi sebagai kaidah normatif bagi adanya jaminan sosial rang yang miskin. Melalui bangunan akidah, ibadah dan akhlak, setiap muslim akan sadar bahwa dirinya harus saling tolong menolong (ta 'awun), saling mendukung (tanaasur) dan saling berkasih sayang. (taraahum) dalam setiap permasalahan yang terjadi di antara mereka. Akan tetapi, jika salah satu bangunan sistem Islam tidak dilaksanakan secara komprehensif dan integral maka akan terjadi disfungsi sosial, yang pada praksisnya tidak akan menjadi solusi bagi permasalahan ummat, termasuk dalam persoalan kemiskinan. Penelitian ini termasuk kepada jenis penelitian kasuistik teoritik (theoritical case). Oleh karena itu, sifat masalah dalam penelitian ini dapat dikategorikan kepada "ex post facto", yaitu sifat penelitian yang menganalisis masalah sesudah terjadinya sesuatu "sebab". Jenis penelitian model seperti ini merupakan bagian dari penelitian ilmu-ilmu sosial yang berangkat dari suatu keadaan yang sudah terjadi dengan cara menggunakan kepustakaan dan sejumlah catatan yang ada (library reseach) Pengambilan jenis penelitian "ex post facto" digunakan sebagai jenis penelitian yang lebih diarahkan pada pengolahan data (sumber). Data yang dimaksud adalah literatur, buku-buku atau lainnya hasil pemikiran Qardhawi yang telah menjadi sumber informasi dan kajian untuk melakukan pembahasan penelitian ini berlangsung Informasi yang dimaksud adalah masalah-masalah yang berkenaan dengan akar masalah kemiskinan, dampak dari sebab akar masalah, dan upaya penanggulangannya dalam interpretasi Qardhawi. Kemudian untuk kepentingan analisa penelitiannya adalah mengunakan pendekatan analisa struktur fungsional. Metode penelitiannya mengunakan pendekatan sejarah (historical approach) sebagai metode meneliti biografi Qardhawi dan analisis isi (content analysis). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Qardhawi patut untuk dimasukkan pada kategori pemikir sosiologi Islan mengunakan pendekatan metodologi struktur fungsional. Hal ini sangat berasalan karena dalam setiap melakukan interpretasi tentang masyarakat Islam, beliau selalu mengemukakan bahwa ia adalah sebuah sistem, yang saling berhubungan, saling ketergantungan, selalu berkembang, memiliki keseimbangan orientasi secara holistik, dan mewakili sistem-sistem kebutuhan atau fungsi-fungsi pokok yang harus ada dan berjalan dalam sebuah komunitas manusia. Dalam hal ini, struktur serta sistem sosial merupakan representasi dari fungsi atau beberapa sistem kebutuhan pokok manusia berkelompok. Dalam kitabnya "Malamih Al-Mujtama' Al-Muslim Alladzi Nasvudhuhu. Qardhawi telah menginterpretasikan bahwa masyarakat dan individu adalah satu sama lain saling mempengaruhi dan memiliki ketergantungan secara dominan Masyarakat itu tidak lain kelompok individu-individu yang mana mereka terikat dengan ikatan tertentu. Kebaikan individu adalah suatu keharusan bagi kebaikan suatu masyarakat. Oleh karena itu, individu adalah bagaikan batu bata dalam suatu bangunan, jika tidak ada kebaikan pada bangunan maka batu batanya rapuh. Tidak berfungsinya satu unsur dalam sistem masvarakat Islam atau bahkan digantinya sistem Islam oleh sistem yang lain, menurut penafsiran Qardhawi akan melahirkan al-khalal (kelemahan umat dari tujuan Islam). Inilah penyebab utama terjadinya kemiskinan di kalangan masyarakat Islam. Semakin merebaknya al khalal tersebut, mengakibatkan ummat Islam mengalami krisis kesadaran dan kehilangan identitasnya. Dalam hal ini bias-bias faham materialisme, kapitalisme, dan fatalisme telah ikut andil dalam tercerabut kekuatan masyarakat Islam dari akidah. penghambaan, akhlak dan kekuatan politik yang dapat menyelamatkan dan menyejahterakannya. Hegemoni faham faham tersebut akhirnya menjatuhkan ummat Islam jauh dari harga dirinya dalam rupa kemiskinan yang akut. Dalam interpretasi Qardhawi, untuk keluar dari kemiskinan, umat Islam harus kembali merealisasikan sistem Islam sebagai prasyarat utamanya, memaksimalkan peran pemerintah dalam menetapkan kaidah normatif ekonomi Islam, dan menguatkan kembali kesadaran masyarakat Islam untuk berpartisipasi penuh dalam membantu saudaranya yang mengalami masalah kemiskinan.

Item Type: Monograph (Documentation)
Uncontrolled Keywords: Masyarakat, Kemiskinan, Penangulangan
Subjects: Sociology and Anthropology, Society
Communities
Social Welfare, Problems and Services
Divisions: Fakultas Dakwah dan Komunikasi > Program Studi Bimbingan Konseling Islam
Depositing User: Dudy Imanuddin Effendi
Date Deposited: 24 Sep 2021 09:04
Last Modified: 24 Sep 2021 09:04
URI: https://etheses.uinsgd.ac.id/id/eprint/44022

Actions (login required)

View Item View Item