Tadabur Al-Quranulkarim: Terjemahan dan tajwid berwarna: Seni menikmati keindahan bahasa Al-Qur'an una menjadi muslim unggul

El-Qurtuby, Usman (2021) Tadabur Al-Quranulkarim: Terjemahan dan tajwid berwarna: Seni menikmati keindahan bahasa Al-Qur'an una menjadi muslim unggul. Cordoba, Bandung.

[img]
Preview
Text (Cover, Daftar Isi, Isi (sebagian))
cover, daftar isi .pdf

Download (26MB) | Preview

Abstract

Berbicara tentang disiplin ilmu balagah, tentu sangat panjang dan dalam. Melibatkan keseriusan siapa pun yang ingin belajar tentang bahasa Arab, terutama tentang akar, silsilah dan perkembangan sastra dan bahasa Arab. Termasuk di dalamnya berbagai macam kompleksitas dan korelasi dengan berbagai disiplin ilmu lainnya. Sehingga terkadang sedikit sekali para pencari ilmu mendalami dan tertarik di dalamnya. Sehingga pada perkembangannya bisa dikatakan ilmu ini nyaris punah, hanya terlestarikan di sebagian para pencinta ilmu; baik di pondok, universitas atau pun ulama-ulama penikmat seni keindahan bahasa. Keinginan menghadirkan manis dan nikmatnya ilmu balagah ini bagi semua kalangan awam tentu tidaklah mudah. Dengan berbagai macam kesibukan, latar belakang, dan kebutuhan, tentunya disiplin ilmu balagah tidaklah menjadi prioritas utama. Akan tetapi jika mau jujur, Al-Qur'an ini begitu sangat kaya dengan seni keindahan bahasa, salah satu diantaranya hanya bisa didedahkan melalui ilmu balagah. Dengan segala kerendahan hati, sebagai orang yang pernah mendalami dan berusaha merasai keindahan bahasa arab, termasuk mengungkap sisi-sisi rahasia ayat-ayat Al-Qur'an, maka kiranya tidak berlebihan ketika saya diamanahi untuk mendampingi penyusunan produk mushaf ini ada begitu banyak gejolak dan ketidakpuasan. Sebab bahasa Al-Qur'an begitu sangat agung dan suci, apakah benar dan mampu kita mengungkap rahasia hakikat dari apa yang disampaikan Allah Swt.? Namun rasanya, kegelisahan itu tidak boleh menghalangi niat ikhlas menyiarkan kalam suci-Nya. Kendati tidak sempurna, maka yang kurangnya jangan ditinggalkan, itulah pepatah para pendahulu ulama kita. ما لا يذرك كله لا يترك كله – "Apa yang tidak didapatkan seluruhnya, maka jangan ditinggalkan seluruhnya." Karya ini mungkin tidak sempurna, diantaranya menyoal referensi yang sudah dipilih Tim penyusun, salah satu alasannya untuk mengadopsi ilmu balagah tentu lebih mudah untuk dijadikan rujukan adalah karya yang sudah ada untuk hanya sekedar tahap pengenalan dasar ilmu retorika, alasan ini tentu bisa saja diterima sebab tidak bisa sekaligus ilmu ini dibedah dan diketengahkan kepada semua masyarakat apa adanya, tentu akan sulit. Karena itu, tahap ini harus dianggap sebagai penetrasi awal pengenalan ilmu balagah dalam membedah keindahan ayat-ayat Al-Qur'an. Kendati rujukan yang digunakan dalam karya ini tidak familiar dalam deretan tokoh balägiyyin' (pakar seni bahasa) semisal; al-Jahiz 225 H, Ibnul Mu'taz 296 H, Abu Hilal al-Askari 396 H, Qudamah bin Ja'far 337 H, Ibnu Rosyiq 463 H, dil. yang berkonsentrasi dalam 'an-Naqd wal balagah (ilmu retorika dan seni keindahan bahasa). Selain juga harus diakui ada kontroversi mengenai keberadaan disiplin ilmu ini dalam Al-Qur'an, akan tetapi mayoritas ulama 'lugawiyyin' (linguistik), 'naqdiyyin' (kritikus sastra) dan balägiyyin' (pakar seni bahasa) sepakat adanya ungkapan hakikat dan majaz dalam Al-Qur'an. Contohnya, ayat-ayat 'mutasyābihāt' (samar) yang terdapat di beberapa tempat dalam Al-Qur'an, bagi ulama 'balagiyyin' (pakar seni bahasa) artinya adalah mengungkap dan meminjamkan makna lain yang mendekati pada makna asli, dan mengistilahkannya dengan ungkapan 'majäz' seperti 'isti'ärah' dan 'tasybih atau istilah disiplin ilmu lain menyebutnya takwil, yaitu memalingkan makna asli pada makna yang menyerupainya dari sisi kedekatan makna. Apalagi jika memang harus kembali kepada perselisihan dan perbedaan lainnya dari pendapat para ulama tentang disiplin ilmu ini, tidak akan ada habisnya. Namun disitulah khazanah kekayaan ilmu klasik dalam islam. Kembali lagi, singkatnya sokongan dan kontribusi akan terus kami jalankan dalam upaya sedikit demi sedikit mengembalikan kekayaan intelektual para ulama kita dahulu dalam bentuk kekinian yang sesuai dengan perkembangan zaman, dan tentunya dengan cara dan media yang paling mudah untuk digapai masyarakat. Sekali lagi saya ingin kutip. ما لا يذرك كله لا يثرلك كله "Apa yang tidak didapatkan seluruhnya, maka jangan ditinggalkan seluruhnya."

Item Type: Book
Uncontrolled Keywords: Tadabur Al-Quranulkarim; Terjemahan; Tajwid Berwarna
Subjects: Al-Qur'an (Al Qur'an, Alquran, Quran) dan Ilmu yang Berkaitan > Asbabun Nuzul
Al-Qur'an (Al Qur'an, Alquran, Quran) dan Ilmu yang Berkaitan > Ilmu Qiraat dan Tajwid
Al-Qur'an (Al Qur'an, Alquran, Quran) dan Ilmu yang Berkaitan > Al-Qur'an dan Terjemahan dalam Bahasa Indonesia
Al-Qur'an (Al Qur'an, Alquran, Quran) dan Ilmu yang Berkaitan > Kandungan Al-Qur'an
Divisions: Fakultas Ushuluddin > Program Studi Ilmu Hadits
Depositing User: Agus Suyadi Raharusun
Date Deposited: 22 Feb 2022 07:57
Last Modified: 22 Feb 2022 07:57
URI: https://etheses.uinsgd.ac.id/id/eprint/42464

Actions (login required)

View Item View Item