Ashil dan Dakhil dalam Tafsir Bi al-Ma’tsur karya Imam al- Suyuthi

Syasi, Mohamad and Ruhimat, Ii (2020) Ashil dan Dakhil dalam Tafsir Bi al-Ma’tsur karya Imam al- Suyuthi. Cetakan pertama, 1 (I). Prodi S2 Studi Agama-Agama UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Bandung. ISBN 978-623-94043-7-6

[img]
Preview
Text
Ebook IAT 4.pdf

Download (2MB) | Preview
Official URL: http://saa-pps.uinsgd.ac.id/

Abstract

Latar belakang pemikiran tafsir al-Suyūthi dalam kitab Tafsir al-Durr al-Mantsūr fī al-Tafsīr bi al-Ma’tsūr dengan menjadikan tafsir tersebut sebagai tafsir yang menggunakan sumber periwayatan, ialah karena beberapa faktor: Pertama, karena al-Suyūthi dengan tafsir ma’tsūrnya mengidentifikasikan diri sebagai seorang Muhaddits, terutama dengan memuat berbagai hadits, ātsār, walau pun di dalam al-Durr al-Mantsūr sanad-sanadnya banyak yang dibuang, tidak seperti kitab asalnya Turjumān al-Qur’ān. Kedua, karena al-Suyūthi melengkapi karya tafsirnya dengan corak ma’tsūr, disamping corak tafsīr bi al-ra’yinya, seperti tafsir Jalālain dan Nawāhid al-Abkār wa Syawārid al-Afkār. Ketiga, karena menafsirkan al-Qur’an dengan al-ma’tsūr lebih mendekati kebenaran maksud ayatayat al-Qur’an ketimbang tafsīr bi al-ra’yi. Diantara penyebab bersinggungannya al-Qur’an dengan Taurah dan Injil, ialah karena dalam banyak hal terdapat kesamaan antara kitab-kitab suci tersebut. Kemudian lahirlah penafsiran al-Qur’an dengan Isrāiliyyāt yang bersumber dari kedua penganut Taurah dan Injil (Ahlul Kitab), sehingga al-Qur’an berpadu dengan esensi ajaran samawi sebelumnya. Namun, dampak lain dari Isrāiliyyāt ialah lahirnya tafsir yang “abu-abu” antara Dakhīl (kecatatan tafsir) atau Ashīl (tafsir yang benar). Agar diketahui diantara Isrāiliyyāt tersebut yang layak atau tidaknya untuk menjadi tafsir al-Qur’an, maka memerlukan analisa dengan metodologi Dakhīl dan Ashīl. Dalam hal ini penelitian dilakukan terhadap matan 39 matan Isrāiliyyāt pada surat al- Isra. Apabila suatu riwayat Isrāiliyyāt bertentangan dengan Islam, maka diklasifikasikan sebagai Dakhīl, sedangkan apabila sejalan atau tidak bertentangan, maka diklasifikasikan sebagai Ashīl. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ialah textual linguistics (‘ilm al-lughah al-nashi) atau dapat disebut juga penelitian kualitatif. Penelitian yang telah dilakukan pada tiga puluh sembilan Isrāiliyyāt yang terdiri dari ayat pertama sebanyak lima belas Isrāiliyyāt, ayat keempat sebanyak sebelas Isrāiliyyāt, ayat kedua puluh tiga sampai kedua puluh lima sebanyak dua Isrāiliyyāt, ayat keempat puluh empat sebanyak empat Isrāiliyyāt, dan ayat kelima puluh lima sebanyak tujuh Isrāiliyyāt, maka peneliti mengklasifikasikan hasil yang didapat adalah Dakhīl sebanyak 16, sedangkan Ashīl sebanyak 23. Penelitian sederhana ini memberikan salah satu kontribusi bahwa dengan menitik beratkan analisa pada matan, cenderung menyimpulkan persoalan secara substantif, sehingga diketahui Isrāiliyyāt yang layak dijadikan sebagai sumber tafsir al-Qur’an.

Item Type: Book
Uncontrolled Keywords: Isrāiliyyāt, Tafsir Bi al-Ma’tsur, Imam al-Suyuthi, Ashil dan Dakhil
Subjects: Al-Qur'an (Al Qur'an, Alquran, Quran) dan Ilmu yang Berkaitan > Tafsir Al-Qur'an
Divisions: Pascasarjana Program Magister > Program Studi Ilmu Al-Quran dan Tafsir
Depositing User: Magister IAT Pascasarjana
Date Deposited: 31 Aug 2020 08:59
Last Modified: 31 Aug 2020 08:59
URI: https://etheses.uinsgd.ac.id/id/eprint/32936

Actions (login required)

View Item View Item