Batas minimal mahar menurut Muhammad bin Idris Al-syafi’i dan Imam Malik

Nuraisyah, Resnia (2016) Batas minimal mahar menurut Muhammad bin Idris Al-syafi’i dan Imam Malik. Diploma thesis, UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

[img]
Preview
Text (COVER)
1_cover.pdf

Download (147kB) | Preview
[img]
Preview
Text (ABSTRAK)
2_abstrak.pdf

Download (146kB) | Preview
[img]
Preview
Text (DAFTAR ISI)
3_daftarisi.pdf

Download (139kB) | Preview
[img]
Preview
Text (BAB I)
4_bab1.pdf

Download (522kB) | Preview
[img] Text (BAB II)
5_bab2.pdf
Restricted to Registered users only

Download (409kB)
[img] Text (BAB III)
6_bab3.pdf
Restricted to Registered users only

Download (550kB)
[img] Text (BAB IV)
7_bab4.pdf
Restricted to Registered users only

Download (240kB)
[img] Text (DAFTAR PUSTAKA)
8_daftarpustaka.pdf
Restricted to Registered users only

Download (160kB)

Abstract

Islam memperhatikan dan menghargai kedudukan seorang wanita dengan memberi hak kepadanya, di antaranya adalah hak untuk menerima mahar. Mahar hanya diberikan oleh calon suami kepada calon istri, Syariat Islam tidak menetapkan batas minimal dan batas maksimal mahar, namun Islam mendorong agar memperingan mahar, tidak terlalu tinggi demi mempermudah urusan dalam pernikahan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui: (1) pendapat Imam Syafi’i dan Imam Maliki tentang batas minimal mahar, (2) metode istinbath al-ahkam yang digunakan Imam Syafi’i dan Imam Maliki dalam menetapkan batas minimal mahar, dan (3) persamaan dan perbedaan pendapat batas minimal mahar. Penelitian ini bertitik tolak dari pemikiran, bahwa perbedaan metode yang digunakan dalam menggali hukum akan melahirkan kesimpulan hukum yang berbeda pula. Di samping itu, sumber hukum yang utama itu adalah Al-Qur’an dan Al-Hadits. Untuk memahami kandungan hukum dari kedua sumber tersebut dilakukan dengan berbagai metode istinbath al-ahkam. Dikalangan ulama dikenal beberapa metode antara lain qiyas, istidlal, istihsan, istishab, ‘urf, mashlahah mursalah yang memiliki aturan masing-masing. Keberagaman cara itu melahirkan keragaman bentuk fiqih sebagai konsekuensi dari metode tersebut. Penelitian ini termasuk jenis penelitian kepustakaan (library research) yaitu penelitian yang sumber datanya diperoleh dengan cara mengumpulkan data tertulis yang memiliki relevansi degan masalah yang diteliti, kemudian di pelajari dan ditelaah. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriptif-komparatif, yaitu membandingkan batas minimal mahar menurut pendapat Imam Syafi’i dan Imam Malik. Setelah melakukan penelitian, penulis mendapatkan hasil bahwa: (1) Imam Syafi’i berpendapat bahwa mahar itu tidak ada batasan rendahnya, sedangkan menurut Imam Malik berpendapat batas mahar itu sekurang-kurangnya seperempat dinar emas atau perak seberat tiga dirham atau bisa dengan barang yang sebanding berat emas dan perak tersebut, (2) metode istinbath al-ahkam yang digunakan Imam Syafi’i yang meniadakan batas terendah pembayaran mahar ialah didasarkan pada hadis dari Malik dari Abi Khazim bin Dinar dari Sahl bin Sa'id asy-Sya'idi Riwayat Imam Bukhari, sedangkan metode istinbath al-ahkam Imam Malik ialah Qiyas, dengan jalan menyamakan batas minimal mahar kepada batas minimal pencurian yang di hukum potong tangan ukurannya ¼ dinar, (3) dari sisi persamaan keduanya menetapkan batas minimal mahar namun dalam penetapan kadar minimal mahar berbeda, sedangkan dari sisi perbedaan ialah Imam Syafi’i tidak membatasi minimal mahar, sedangkan Imam Malik menentukan batas minimal mahar.

Item Type: Thesis (Diploma)
Uncontrolled Keywords: mahar; pernikahan; hukum islam
Subjects: Fikih (Fiqih, Fiqh), Hukum Islam
Fikih (Fiqih, Fiqh), Hukum Islam > Hukum Keluarga dan Hukum Perkawinan, Pernikahan menurut Islam
Culture and Institutions > Marriage
Divisions: Fakultas Syariah dan Hukum > Program Studi Perbandingan Madzhab dan Hukum
Depositing User: Ilham Nurfauzi
Date Deposited: 31 Jul 2019 01:37
Last Modified: 18 Feb 2020 06:45
URI: https://etheses.uinsgd.ac.id/id/eprint/22410

Actions (login required)

View Item View Item