Hakikat shalat fardhu menurut Syeikh Ibnu ‘Athaillah

Muhas, Nurul Arsyi (2017) Hakikat shalat fardhu menurut Syeikh Ibnu ‘Athaillah. Diploma thesis, UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

[img]
Preview
Text (COVER)
1_COVER.pdf

Download (296kB) | Preview
[img]
Preview
Text (ABSTRAK)
2_ABSTRAK.pdf

Download (121kB) | Preview
[img]
Preview
Text (DAFTAR ISI)
3_DAFTAR ISI.pdf

Download (130kB) | Preview
[img]
Preview
Text (BAB I)
4_BAB I.pdf

Download (360kB) | Preview
[img] Text (BAB II)
5_BAB II.pdf
Restricted to Registered users only

Download (481kB)
[img] Text (BAB III)
6_BAB III.pdf
Restricted to Registered users only

Download (1MB)
[img] Text (BAB IV)
7_BAB IV.pdf
Restricted to Registered users only

Download (121kB)
[img] Text (DAFTAR PUSTAKA)
8_DAFTAR PUSTAKA.pdf
Restricted to Registered users only

Download (422kB)

Abstract

Allah Swt. telah memberikan tugas kepada hamba-Nya dengan memiliki khasiat dan hikmah untuk kebaikan makhluk-Nya. Allah telah mewajibkan shalat fardhu kepada manusia yang di dalamnya terdapat rahasia-rahasia, ada sebagian muslimin tidak mengetahuinya. Kewajiban shalat dalam sehari lima kali, lantas tidak membuat semua orang muslim sholeh dan sholehah, jadi apa saja yang kurang dari kewajiban shalat itu, sementara Allah Swt sendiri atas kebenarannya yang mutlak menyebutkan bahwa shalat dapat mencegah dari perbuatan-perbuatan fahsya-i wal mungkar dan tidak ada kebohongan dari kalam Allah. Fenomena di zaman modern ini sangat mengkhawatirkan, dimana banyak muslimin melakukan perbuatan fahsya-i wal mungkar yang ditakutkan akan menjadi sebuah kewajaran yang dibiarkan karena kebiasaan yang berlanjut, karena itu hakikat shalat yang didapatkan seseorang dapat mencegahnya dari perbuatan buruk. Ibnu ‘Athaillah adalah seorang sufi terkenal dengan hikmah-hikmahnya yang mendalam serta sebagian hikmahnya yang sulit untuk dipahami, membuat peneliti sangat tertarik untuk lebih mendalami pemahamannya. Ibnu ‘Athaillah dengan semua hikmah-hikmahnya diharapkan menjawab semua kekurangan-kekurangan shalat, yang didukung dengan pendapat para sufi lainnya.] Objek rumusan masalah penelitian ini adalah: 1) mengetahui pemahaman Ibnu ‘Athaillah tentang hakikat shalat fardhu, 2) mengetahui mengenal hakikat diri melalui shalat, 3) mengetahui apa saja implikasi atau peran shalat dalam kehidupan menurut Ibnu ‘Athaillah. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-analisis, yaitu prosedur pemecahan masalah yang diteliti dengan menggambarkan keadaan subjek/objek penelitian, dimana peneliti akan mengungkapkan pemaham Ibnu ‘Athaillah, sejauhmana hubungan antara kewajiban shalat dan hakikatnya dengan perbuatan manusia. Sedangkan langkah-langkah yang digunakan dalam penelitian ini adalah study kepustakaan. Hasil Penelitian ini adalah: Pertama, Pemahaman Ibnu ‘Athaillah bahwa shalat sebagai tempat bermunajat yang paling baik, penyucian hati dari kotoran dosa, pembuka pintu keghaiban, dan juga sebagai lapangan yang luas berbagai cahaya ilmu batiniah. Di antara anda-tanda orang yang mengikuti hawa nafsunya, ia aktif mengerjakan amalan sunnah, tetapi malas mengerjakan yang wajib (shalat fardhu). Mereka mendahulukan yang sunnah seperti banyak bersedekah, shalat sunnah, mengajarkan pelajaran baik, tetapi mengerjakan shalat fardhu dengan tergesa-gesa dan lalai. Kedua, Keadaan seseorang dapat diukur melalui shalatnya, jika seseorang shalat tetapi tidak mendapatkan apa-apa (kenikmatan ibadah dan ketenangan lahir batin), berarti ada penyakit entah itu sombong, ujub atau kurang adab. Ketiga, Setiap shalat yang tidak mencegah dari perbuatan keji dan mungkar tidak bisa disebut shalat menurut Ibnu ‘Athaillah. Seberapa lamapun seseorang shalat, jika mendapat musibah masih gelisah dan mendapat kebaikan masih kikir, berarti ia belum shalat. Kesimpulan yang dapat diambil, bahwa tidak ada shalat bagi seseorang yang mengerjakannya tanpa ruh batiniah yang lalai meningat-Nya. Sehingga wajar apabila masih banyak hati yang berpenyakit gelisah karena rezeki ataupun musibah, sebab shalat yang dikerjakannya belum ditunaikan dengan sempurna secara lahir dan batin. Maka dari itu shalat fardhu sangat berperan terhadap tingkah laku kehidupan seseorang, yaitu untuk dapat bersikap benar dalam pandangan Allah dan baik kepada sesama manusia.

Item Type: Thesis (Diploma)
Uncontrolled Keywords: Syeikh Ibnu ‘Athaillah; Lahir; Batin; Kikir;
Subjects: Differential and Developmental Psychology > Individual Psychology, Characters
Divisions: Fakultas Ushuluddin > Program Studi Tasawuf dan Psikoterapi
Depositing User: rofita fita robi'in
Date Deposited: 15 Jul 2019 03:37
Last Modified: 15 Jul 2019 03:37
URI: https://etheses.uinsgd.ac.id/id/eprint/21675

Actions (login required)

View Item View Item